Jumat, 07 Desember 2012

Ulasan The King's Speech



T
he King’s Speech merupakan film yang berlatar belakang kerajaan di Inggris sebelum perang dunia II mulai dan pada saat eranya Nazi. Film ini diangkat dari sejarah yang benar-benar terjadi.

Kisahnya adalah tentang seorang pangeran Inggris bernama George(Colin Firth), sang Duke of York, yang tergagap saat berbicara. Nama panggilannya adalah Bertie. Istrinya, ratu Elizabeth (Helena Bonham), berusaha mencarikan dokter untuk terapi suaminya karena dokter sebelumnya tidak cocok. Akhrinya ia menemukan Lionel Logue (Geoffrey Rush) di suatu daerah yang sepi. Ia mengatur waktu untuk suaminya agar bisa bertemu dengan Lionel.

Keesokan harinya pangeran George sangat frustrasi dengan terpinya bersama Lionel. Ia tidak percaya bahwa ia bisa bicara dengan lancar walaupun kupingnya terpasang dengan headphone, mendengarkan musik sambil membaca drama Shakespeare.  Ia langsung berhenti di hari pertama. Lionel memberikan piringan hitam yang suara George ia rekam saat George membaca.

Kemudian, malam itu juga Bertie memasang piringan hitam itu di gramophone-nya. Istrinya tidak percaya mendengar rekaman itu. Keesokan harinya ia langsung pergi kembali ke tempat Lionel dan terapi lagi. Setelah melalui terapi yang aneh-aneh tetapi bermanfaat, cara bicara George mulai membaik.

Suatu hari, kakaknya Edward (Guy Pearce) kembali dari perjalanannya dengan pesawat. Konflik dimulai. Ayahnya, raja George ke lima (Michael Gambon) jatuh sakit. Malamnya sang paduka wafat, meninggalkan Edward untuk mewarisi tahtanya. Terjadi juga permasalahan di antara Lionel dan George karena Bertie stress dengan hidupnya.

Masalahnya adalah, Edward ingin menkahi seorang janda yang sudah bercerai dua kali. Itu melanggar hukum. Edward mengundurkan diri setelah menjadi raja beberapa hari. Bertie dinobatkan menjadi George ke enam setelah ia berbaikkan dengan gururya.

Selanjutnya, Nazi mulai menyerang Inggris. Raja dibutuhkan untuk menyemangati rakyatnya. Ini dia puncaknya. George harus berpidato secara rekaman dan disiarkan di seluruh tanah airnya. Di situ ia mengalami ketakutan yang sangat, tetapi Lionel ada di sisinya, Ia berhasil untuk memberikan pidato, dan ia sangat berterimakasih kepada Lionel Logue.

Film ini sangat bagus. Bagian favoritku adalah saat ia berpidato, karena di situ sangat menegangkan.  Saya juga sangat suka saat Lionel mengajar karena ia menyeimbangkan dirinya dengan sang pangeran dan raja. Karena ia membuat dirinya sederajat dengan George, Lionel bisa menjadi sahabat baiknya dan tahu bukan masalah mekanis yang menyebabkan George gagap.

Penokohan karakternya sangat tepat. Perusahaan pintar memilih aktor. Mereka mampu memainkan karakter mereka masing-masing dengan sangat jelas dan memesona penonton. Itu sangat berlaku kepada Colin Firth dan Geoffrey Rush. Firth mampu meniru orang gagap dengan akurat dan Rush yang pintar berganti-ganti watak saat ia mencoba untuk memainkan karakter drama lainnya.

Bagaimana dengan jalan cerita? Jalan ceritanya menghanyutkan penonton ke dalam cerita dan bisa ikut merasakan ketegangan saat di klimaksnya. Ide-ide yang ditampilkan saat film itu berlangsung sangat kreatif, menghibur penonton dan jenaka. Terutama ketika ia berlatih untuk berbicara dan terapi selagi George marah. Ide itu benar-benar di luar dugaan saya namun menambahkan variasi. Tentunya tidak boleh ditiru J. Saya heran dari mana sang penulis mendapatkan inspirasi untuk bagian ini.

Ide pembuat cerita sangat bagus.Saya bisa melihat bagaimana sejarah terjadi melalui sebuah film. Sebelum The King’s Speech dimainkan di depan mata saya, saya belum pernah mengetahui kejadian ini benar-benar terjadi di hidup seorang pangeran dan raja Inggris. Film ini sangat menambah wawasan saya dan film ini benar-benar menyatu dengan sejarah. Sangat indah.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar