Rabu, 10 Oktober 2012

Kesimpulanku

Jariku melompat-lompat di atas keyboard laptopku yang terkena pancaran sinar lampu neon di atasku. Ketika aku mengetik aku menyimak semua suara di sekitarku.

Ada yang berbincang-bincang, ada yang tertawa, ada suara anak-anak bermain di bak pasir dan di sebelahku, ada seorang guru berkacamata yang sedang mengobrol dengan yang satunya meskipun dia megap-megap karena pedasnya sambal. Aku kadang suka bertanya-tanya mengapa semua ini terjadi. Lalu aku pikir-pikir, semua ini bisa berlangsung karena hubungan seseorang dengan yang lainnya.

Tiba-tiba, pikiranku tertuju kepada suatu kejadian di hari Selasa, tanggal 9 Oktober. Waktu itu, seusai sekolah ada seorang murid yang duduk di ruang tunggu. Nama dia berinisial M. M sedang berbicara kepadasalah satu temannya yang berinisial A. Kalau tidak salah, M sedang berbincang-bincang tentang persahabatan mereka.
"Lho, tapi kan kamu yang jadi pemimpin klub kita, A." kata M ke A.
A dan M tergabung dalam sebuah klub yang mereka ciptakan. Klub itu bernama BFF, atau Best Friends Forever. Dulu aku juga pernah melihat bahwa mereka membuat gelang khusus untuk peserta-peserta mereka.
Si A kembali menjawab, aku lupa waktu itu jawabannya apa.
"Pokoknya, kita nanti bakal inget ini sampai kita tua, sampai jadi nenek-nenek sama kakek-kakek." tambah M.
Lalu aku masuk menyela "Eh M, bukannya kalau kalian nanti kalau sudah besar bakal melupakan hal-hal seperti itu ya?"
"Oh, nggak bakal, Kak." dia menjawab sambil meringis, memamerkan sederetan gigi putih.
"Meskipun kalian sudah kuliah nanti tetap mengingat persahabatan kalian?" aku kembali bertanya.
"Iya"
"Meskipun berpuluh-puluh tahun kemudian kalian bakal ingat?"
"Iya."
"Sampai kalian sudah dewasa?"
"Iya.
"M jamin begitu?"
"Iya, kak." dia tertawa.

Aku terheran-heran dengan sikap anak ini. Aku sudah sering melihat dua orang sahabat menjadi sangat dekat, lalu saat mereka besar mereka akan melupakan satu sama lain. Ada juga dua sahabat karib yang berteman sejak kecil bertengkar karena suatu masalah sepele. Ada lagi yang musuhan karena kesalah pahaman.

Persahabatan itu sulit, karena kita harus melompati setiap rintangan yang salah satu dari teman terdekat kita buat. Menerima perbedaan juga tidak gampang, apa lagi jika salah seorang teman  kita terlibat dalam suatu  pertengkaran karena seseorang sifatnya bertolak belakang dengan kita. Belum lagi ditambah gosip-gosip yang diomongkan di belakang kita. Bahkan, aku yang lebih tua dari pada M tidak bisa bersikap tulus terhadap temanku sendiri.

Hari itu juga aku mengerti suatu pelajaran dari anak ini, bahwa jika kita mau menjalin persahabatan yang erat, kita harus bisa bersikap tulus kepada sahabat kita, meski dia menyakiti kita dengan sengaja atau tidak. Aku ngeri sendiri, membayangkan jika aku tidak bisa memaafkan salah seorang temanku. Sampai mati, aku pasti membawa rasa dendam dan hidupku tidak akan tenang. Ada sesuatu yang mengingatkan aku tentang Dia yang mau mati untuk orang yang berdosa dan untuk mereka yang menyakitinya.

Aku termenung. Untuk sesaat aku tidak memikirkan apa-apa, tetapi hal ini. Saat ini juga, aku membuat kesimpulan meski hal ini susah dan berat. Aku... akan mencobanya.

***

1 komentar: